Hadits
حدثنا
إسماعيل بن أبي حارث، ثنا شبابة بن سوَّار، ثنا شُعيب ابن ميمون، عن حصين بن عبد
الرحمن، عن الشعبي عن شقيق، قال : قيل لعلي رضي الله عنه : ألا تَستخلف ؟ قال : ما
استخلف رسول الله صلى الله عليه وسلم فَستخلف، وإن يردِ الله تبارك وتعالى بالناس
خيرًَا فَسيجمَعهم على خيرهم، كما جمعهم بعد نبيِّهم على خيرهم.
Telah
menceritakan kepada kami Ismaa’iil bin Abi Haarits : Telah menceritakan kepada
kami Syabaabah bin Sawwaar : Telah menceritakan kepada kami Syu’aib bin
Maimuun, dari Hushain bin ‘Abdirrahmaan, dari Asy-Sya’biy, dari Syaqiiq, ia
berkata : Dikatakan kepada ‘Aliy : “Tidakkah engkau mengangkat pengganti
(khalifah) ?”. Ia menjawab : “Rasululah shallallaahu ‘alaihi wa sallam tidak
mengangkat pengganti hingga aku harus mengangkat pengganti. Seandainya
Allah tabaaraka wa ta’ala menginginkan kebaikan kepada manusia, maka Ia
akan menghimpun mereka di atas orang yang paling baik di antara mereka
sebagaimana Ia telah menghimpun mereka sepeninggal Nabi mereka di atas orang
yang paling baik di antara mereka” [Diriwayatkan oleh Al-Bazzaar dalam Kasyful-Astaar
3/164 no. 2486]
Derajatnya :
Lemah, karena Syu’aib bin Maimuun, akan tetapi hadits diatas
dikuatkan dengan hadits
dibawah ini :
1.
Dari Al-A’masy, dari Saalim bin Abi Ja’d, dari
‘Abdullah bin Sabu’, dari ‘Aliy radliyallaahu ‘anhu.
Diriwayatkan oleh Ahmad dalam Al-Musnad 1/30,
Ibnu Abi Syaibah dalam Al-Mushannaf 14/596 & 15/118, Ibnu Sa’d dalam Ath-Thabaqaat 3/20, Abu Ya’laa
dalam Al-Musnad no. 341, Al-Khallaal dalam As-Sunnah no. 332, Al-Ashbahaaniy
dalam Al-Hujjah fii Bayaanil-Mahajjah no. 279, Ibnu ‘Asaakir dalam At-Taariikh 42/538, dan
Adl-Dliyaa’ dalam Al-Mukhtarah no. 594; semuanya
dari jalan Wakii’ : Telah menceritakan kepada kami Al-A’masy, dari Saalim bin
Abi Ja’d, dari ‘Abdullah bin Sabu’, ia berkata : Aku mendengar ‘Aliy radliyallaahu ‘anhu berkata :
لَتُخْضَبَنَّ هَذِهِ مِنْ هَذَا، فَمَا يَنْتَظِرُ بِي
الْأَشْقَى؟ ! قَالُوا: يَا أَمِيرَ الْمُؤْمِنِينَ، فَأَخْبِرْنَا بِهِ نُبِيرُ
عِتْرَتَهُ، قَالَ: إِذًا تَالَلَّهِ تَقْتُلُونَ بِي غَيْرَ قَاتِلِي، قَالُوا:
فَاسْتَخْلِفْ عَلَيْنَا، قَالَ: لَا، وَلَكِنْ أَتْرُكُكُمْ إِلَى مَا تَرَكَكُمْ
إِلَيْهِ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالُوا: فَمَا تَقُولُ
لِرَبِّكَ إِذَا أَتَيْتَهُ؟ وَقَالَ وَكِيعٌ مَرَّةً: إِذَا لَقِيتَهُ؟ قَالَ:
أَقُولُ: " اللَّهُمَّ تَرَكْتَنِي فِيهِمْ مَا بَدَا لَكَ، ثُمَّ
قَبَضْتَنِي إِلَيْكَ وَأَنْتَ فِيهِمْ، فَإِنْ شِئْتَ أَصْلَحْتَهُمْ، وَإِنْ
شِئْتَ أَفْسَدْتَهُمْ "
"Sungguh akan diwarnai (darah) dari sini hingga
sini, dan tidak menungguku selain kesengsaraan." Para shahabat bertanya :
"Wahai Amirul-Mukminiin beritahukan kepada kami orang itu, agar kami bunuh
keluarganya." Ali berkata; "Kalau begitu, demi Allah, kalian akan
membunuh selain pembunuhku." Mereka berkata : "Angkatlah khalifah pengganti untuk memimpin kami
!". ‘Aliy menjawab : "Tidak, tapi aku tinggalkan kepada kalian apa yang telah Rasulullah shallallaahu 'alaihi wasallam tinggalkan untuk kalian". Mereka bertanya : "Apa yang akan kamu katakan
kepada Rabbmu jika kamu menghadap-Nya?". Dalam kesempatan lain Wakii'
berkata : "Jika kamu bertemu dengan-Nya?" ‘Aliy berkata : "Aku
akan berkata : 'Ya Allah, Engkau tinggalkan aku bersama mereka sebagaimana
tampak bagi-Mu, kemudian Engkau cabut nyawaku dan Engkau bersama mereka. Jika
Engkau berkehendak, perbaikilah mereka dan jika Engkau berkehendak maka
hancurkanlah mereka'" [lafadh dari Ahmad dalam Al-Musnad,
1/130].
2. Dari Al-A’masy, dari Salamah bin Kuhail, dari
‘Abdullah bin Sabu’, dari ‘Aliy radliyallaahu ‘anhu.
Diriwayatkan oleh Ahmad
dalam Al-Musnad
1/156 & dalam Al-Fadlaail no. 1211 dan darinya Ibnu ‘Asaakir
dalam At-Taariikh 42/539-540 : Telah menceritakan
kepada kami Aswad bin ‘Aamir, ia berkata : Telah mengkhabarkan kepada kami Abu
Bakr bin ‘Ayyaasy, dari Al-A’masy, dari Salamah bin Kuhail, dari ‘Abdullah bin
Sabu’, ia berkata : ‘Aliy berkhutbah kepada kami : ...... (dengan khutbah
semisal di atas)....”.
Kedua
riwayat diatas berderajat lemah dikarenakan :
Idhdhirabnya dan tadlisnya Al-A’masy serta majhulnya Abdullah bin sabu.
Akan tetapi
kelemahan tersebut akan hilang manakala :
1. Ada jalur lain yang merajihkan salah satu dari perawi
antara Salim atau Salamah yang tanpa melalui Al-A’masy.
·
Dari Bakr bin Bakr, dari Hamzah Az-Zayyaat, dari Hakiim bin Jubair,
dari Saalim bin Abi Ja’d dari ‘Aliy – secara mursal tanpa menyebutkan
Ibnu Sabu’.
Diriwayatkan oleh Ibnu Sa’d dalam Ath-Thabaqaat 3/29, Abu Nu’aim
dalam Akhbaar
Ashbahaan 2/166 & 2/201, Ibnu Mandah dalam Hadiits-nya no. 24, dan Ibnu ‘Asaakir
dalam At-Taariikh 42/537; semuanya dari jalan Bakr
bin Bakr, ia berkata : Telah menceritakan kepada kami Hamzah Az-Zayyaat, dari
Hakiim bin Jubair, dari Saalim bin Abi Ja’d dari ‘Aliy – tanpa
menyebutkan ‘Abdullah bin Sabu’
·
Dari Abaan bin Taghlib, dari Salamah bin Kuhail, dari ‘Abdullah bin Sabu’. Diriwayatkan oleh Ibnu ‘Asaakir
dalam At-Taariikh 42/541 : Telah memberitakan kepada kami Abu Bakr Asy-Syiiruwiy, dan telah
menceritakan kepada kami Abul-Mahaasin ‘’Abdurrazzaaq bin Muhammad darinya (ح). Dan telah mengkhabarkan kepada
kami Abul-Qaasim Al-Waasithiy : Telah mengkhabarkan kepada kami Abu Bakr
Al-Khathiib; mereka berdua (Abu Bakr Al-Khathiib dan Abu Bakr Asy-Syiiruwiy)
berkata : Telah mengkhabarkan kepada kami Al-Qaadliy Abu Bakr Al-Hiiriy : Telah
menceritakan kepada kami Abul-‘Abbaas Muhammad bin Ya’quub Al-Asham : Telah
menceritakan kepada kami Abul-Hasan ‘Aliy bin Muhammad bin Habiibah Al-Qurasyiy
: Telah menceritakan kepada kami Yahyaa bin Al-Hasan bin Al-Furaat Al-‘Iraar :
Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin ‘Umar, dari Abaan bin Taghlab, dari
Salamah bin Kuhail, dari ‘Abdullah bin Sabu’, ia berkata : Telah berkata ‘Aliy
tiga tahun sebelum ia dibunuh : “.....(al-atsar)...”.
Dengan dua jalur diatas maka hilanglah Idhdhirab dan tadlis Al-A’masy.
2. Adanya penta’dilan atas Abdullah bin Sabu’ minimal oleh dua orang
ulama jarh watta’dil.
·
Abu Bakr bin ‘Ayyaasy; sebagaimana diriwayatkan oleh Ibnu ‘Asaakir dalam At-Taariikh 42/538-539, dari jalan Muhammad bin ‘Abdirrahmaan bin
Al-‘Abbaas, ia berkata : Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Haaruun,
ia berkata : Telah menceritakan kepada kami Ishaaq bin Ibraahiim Asy-Syahiidiy,
ia berkata : Aku mendengar Abu Bakr bin ‘Ayyaasy berkata dengan menyebutkan
khutbah ‘Aliy di atas. Ishaaq bin Ibraahiim An-Nahdiy berkata :
سَمِعْتُ
أَبَا بَكْرِ بْنَ عَيَّاشٍ، يَقُولُ: عِنْدِي فِي هَذَا الْحَدِيثِ إِسْنَادٌ
جَيِّدٌ أَخْبَرَنِي الأَعْمَشُ، عَنْ سَالِمِ بْنِ أَبِي الْجَعْدِ،
عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ سَبْعٍ، أَنَّ عَلِيًّا خَطَبَهُمْ بِهَذِهِ الْخُطْبَةِ
“Aku mendengar Abu Bakr bin ‘Ayyaasy berkata : ‘Menurutku, hadits ini
sanadnya jayyid (baik). Telah mengkhabarkan kepadaku Al-A’masy, dari
Saalim bin Abi Ja’d, dari ‘Abdullah bin Sabu’, bahwasannya ‘Aliy berkhutbah
kepada mereka dengan khutbah tersebut” [selesai].
Perkataan Abu Bakr bin ‘Ayyaasy terhadap penghukuman sanad hadits yang ia
bawakan (dari Al-A’masy, dari Saalim, dari ‘Abdullah bin Sabu’, dari ‘Aliy)
adalah shahih sanadnya sampai kepadanya. Dan sebagaimana telah dimaklumi bahwa tashhih
seorang ulama terhadap sanad tertentu (mu’ayyan) dianggap merupakan tautsiq
terhadap para perawinya. Oleh karena itu, penghukuman Abu Bakr bin ‘Ayyaasy
ini mengkonsekuensikan adanya tautsiq (atau ta’dil secara umum)
terhadap para perawinya, termasuk ‘Abdullah bin Sabu’. Oleh karena itu, –
minimal - terangkatlah jahalatul-‘ain-nya meskipun dalam kitab al-jarh
wat-ta’diil ia hanya ditautsiq oleh Ibnu Hibbaan yang terkenal mutasahil
dalam pentautsiqan perawi majhuul. Penghukuman Ibnu Hajar dalam At-Taqriib
dengan maqbuul bisa dibenarkan, karena perawi yang dihukumi dengan
status ini adalah diterima jika ada mutaba’ah-nya.
Jadi kemajhulan ‘Abdullah bin Sabu’ telah hilang
karena penilaian Bakr bin ‘Ayyaasy , Ibnu Hibban dan Ibnu Hajar.
KESIMPULANNYA : HADITS ABDULLAH BIN ABU SABU’ ADALAH MAQBUL.
Wallaahu
a’lam.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar